Besok pagi pemilu dilangsungkan, orang sini menyebutnya
coblosan. Malam ini Partai Kerbau sibuk melakukan serangan fajar. Tiap gang
dimasuki, tiap rumah diketuk pintunya. Sembako beserta mie instan berpenyedap
telah rapi terbungkus. Ditambah seamplop uang siap didistribusikan ke seluruh
penjuru kampung. Untuk menghindari kecurigaan, para petugas partai dilarang
memakai baju kebesarannya. Dan bingkisan dilarang bergambar logo partai atau
apapun yang bisa mengundang panwaslu turun tangan. Pesan kepada calon pemilih
cukup diverbalkan lewat masing-masing petugas saja, “Jangan lupa Bu, besok pagi
pilih Partai Kerbau!”
Saking banyaknya rumah yang harus dimasuki, dan saking
mepetnya jam tayang serangan fajar, maka bingkisan disampaikan secara cepat. Tapi,
saking cepatnya, beberapa kali petugas partai lupa memverbalkan dari mana
bingkisan ini datangnya. Dan pesan yang paling penting, bagian pesan ‘harus
memilih siapa’, juga ndilalah banyak lupa diucap. Saking terburu-burunya mereka
dikejar fajar. Beberapa penghuni kampung sampai bergumam, “Ini tadi dari siapa,
ya? Besok disuruh nyoblos apa?”
Melihat fenomena ini, petugas Partai Kancil, yang terkenal cerdik, memanfaatkan kesempatan timun yang bernilai emas ini. Dia ikuti laku petugas Partai Kerbau. Selisih lima menit dari keluarnya petugas Partai Kerbau tadi, dia masuk ke tiap gang, tiap rumah. Lalu disampaikan pesan berikut,
Melihat fenomena ini, petugas Partai Kancil, yang terkenal cerdik, memanfaatkan kesempatan timun yang bernilai emas ini. Dia ikuti laku petugas Partai Kerbau. Selisih lima menit dari keluarnya petugas Partai Kerbau tadi, dia masuk ke tiap gang, tiap rumah. Lalu disampaikan pesan berikut,
“Bu, jangan lupa, besok pilih Partai Kancil!”, sambil
menjulurkan jempolnya.
Comments
Post a Comment