Momen doa bersama selalu membuat saya dag dig dug. Pertama,
karena durasinya. Apakah durasi doa bersama akan panjang dan membosankan?
Kedua, karena isinya. Apakah isinya sesuai dengan apa yang kita mau, atau
minimal tak bertentangan dengan nurani kita? Yang ketiga, karena redaksinya.
Apakah kita akan mengaminkan doa yang sekiranya tak kita mengerti isinya?
Maka dari itu, saya sangat menghargai pembacaan doa yang
hanya menyediakan waktu dan menyerahkan redaksinya kepada pribadi
masing-masing, Maka dari itu, saya sangat menghargai pendoa yang meminta tak terlalu panjang hingga memakan waktu bermenit-menit. Maka dari itu, saya sangat
menghargai pendoa bilingual, yang membacakan doa dalam bahasa arab sekaligus
mengartikannya.
Saya tak hendak menulis tentang apa saja persyaratan agar doa kita dikabulkan, karena sudah sering dibahas di majelis-majelis taklim. Saya juga tak hendak melarang doa bersama. Yang ingin saya utarakan, berdoalah bersama dengan memperhatikan sekitar Anda. Jangan doa yang ndakik-ndakik dan menghabiskan waktu tapi ternyata tidak ada yang mengaminkannya, karena kelamaan. Karena doa yang lama, disamping tidak diatur dalam adab berdoa, tak juga selalu menyenangkan banyak orang yang telah menunggu piring nasi diedarkan.
“Doaku simpel saja: Satu jam diam, lalu amin.”
(Joko Pinurbo | 20.59 - 9 Agustus 2012)
#haduhakudifollow
#jokopinurbo
Comments
Post a Comment